Langsung ke konten utama

Dulu, Aku Juga Menginginkan Itu


Assalamualaikum, teman-teman onlineku. Aku hadir kembali dengan tulisanku yang masih terus berproses.
Di tulisan ini aku ingin membahas tentang cinta, namun lebih terkhusus lagi tentang bagaimana perasaanku terhadap lawan jenis. Di beberapa tulisanku sebelumnya aku pernah membahas tentang cinta. Aku bingung mulai dari mana hahaha. Alhamdulillah aku seorang gadis yang normal, yang diberikan anugerah untuk juga dapat merasakan bagaimana itu cinta, aku juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis dan hal lainnya. Dulu sewaktu SD, aku polos sekali, aku pernah suka dengan teman kelasku sendiri, aku juga pernah suka dengan teman ngajiku hahaha, sekarang kalau aku membayangkan hal itu rasanya bodoh sekali aku, kenapa ya aku bisa suka sama mereka, yah namanya juga anak-anak baru puber. Abang letingku di SD juga pernah menyatakan perasaannya kepadaku, melalui teman perempuannya yang sudah pasti kakak lettingku, mereka berkata seperti ini “Dek, Si Aan (nama samaran) suka sama adek, mau gak jadi pacarnya?” hahaha, aku nulis ini sambil ketawa lho. Aku jawab apa saat itu? Aku cuma nyengir gak jelas dan langsung pergi, ya Allah yakali anak bocah masih kelas 5 SD udah mau pacaran aja, alhamdulillahnya aku bukan tipe anak-anak polos tapi ngikut arus, kalau memang aku gak suka, ya gak aku pedulikan. Selain itu juga ada sih, cerita-cerita orang yang “sok-an” (padahal masih bocah,baru puber)  nembak aku, aku sih kok malah ngerasa aneh gitu ya, kalo ada yang nembak gitu hahaha, hal yang paling utama sih ya, karena aku gak suka balik ke cowok itu, jadi aku gak pernah pedulikan, dan itu sebabnya aku belum pernah pacaran sampe sekarang hahaha.
Dulu juga waktu SMP, aku pernah berpikiran bodoh, yang sebenarnya aku sendiri sudah lupa akan hal itu, aku pernah bernazar kalau aku lulus di SMP itu, aku janji aku gak akan pernah pacaran sama sekali selama SMP, sesederhana itu aja sih. Tapi ya sampe aku tamat emang aku gak pacaran, mungkin karena aku anaknya culun dan gak terkenal ya. Waktu SMP sempet aku berpikir “ih, aku kok jones kali ya, kok gak ada ya yang suka sama aku, teman-teman aku yang lain pada pacaran lho, masak aku enggak, ih sedih kali lah.” Ya. Itu pikiranku waktu masa puber dulu, aku pengen juga punya pacar kayak temen-temen yang lain, kondisinya aku lupa dengan nadzar aku itu. Tapi sampe tamat SMP aku juga tetep jomblo, hahaha. Kebanyakan hahaha dari tadi ah.
Tibalah di suatu hari, kakakku menemukan sebuah tulisan di Facebook, terus kakakku menyuruhku untuk membacanya. Kemudian aku membaca tulisan tersebut sampai habis, tulisan tersebut menjelaskan tentang pacaran yang pada dasarnya itu haram, karena sudah ada dalilnya “Dan janganlah kamu mendekati zina…” (Q.S. Al-Isra: 32). Mungkin semua orang memang tau tentang dalil itu, namun belum paham tentang pelarangannya yang sangat jelas. “ah pacarannya islami kok, gak ngapa-ngapain”
“pacaran itu biar bisa semangat belajar, soalnya bisa belajar bareng.”
          Dan ocehan-ocehan yang lain yang membenarkan pacaran. Ya, dulu aku juga pikir gitu, aku bahkan pengin rasain gimana pacaran, aku juga pengin rasain gimana orang yang aku suka juga memiliki rasa yang sama ke aku. Tapi itu dulu, dulu banget, Alhamdulillah Allah mengetuk hati hambanya dari jalan yang tidak diduga. Melalui tulisan yang kubaca di facebook tadi, Allah memberikan gambaran yang jelas kepadaku. Tulisan itu menjelaskan tentang seorang muallaf yang baru saja masuk Islam. Muallaf tersebut dulunya suka sekali makan babi, sampai setelah dia masuk Islam, dia tidak bisa menghilangkan kebiasaannya. Dia mencari cara bagaimana bisa makan babi tetapi dengan cara yang halal. Akhirnya dia menyembelih babi dengan cara Islam, dengan menyebut nama Allah, sehingga dia dapat memakan babi tersebut dengan halal. Kemudian seorang muslim lewat di depan rumahnya dan menanyakan apa yang sedang dimakannya, muallaf tersebut pun menjelaskan apa yang telah dilakukannya. Kemudian orang muslim tersebut pun menjelaskan kepada si muallaf, babi adalah binatang yang haram, mau bagaimanapun kita menyembelihnya, babi tetap haram, karena itu sudah hukum yang Allah buat. Begitulah umpamanya pacaran, di dalam Alquran sudah dijelaskan, mau bagaimanapun dikemas agar pacaran bisa menjadi islami, tetap saja dia haram. Sejak saat itu aku sadar dan tidak berkeinginan untuk berpacaran lagi.
          Setelah SMA aku memiliki rasa dengan teman kelasku, bahkan di postinganku yang lalu, ada beberapa cerita tentang dia. Oh ya, kebetulan aku SMAnya di MAN Model, sedangkan aku lulusan SMP, diantara teman-temanku yang lulusan pesantren atau MTsN. Jadi dulu teman-temanku saat kelas 1 MAN pada enggak percaya kalau aku gak pernah pacaran sama sekali, mereka ngotot kalau aku pasti pernah pacaran, mungkin mereka pikir masak anak SMP gak pacaran, yang anak pesantren aja ada pacaran. Tetapi setelah kuliah, teman-temanku semua memang sudah percaya kalau aku belum pernah pacaran, sebelum aku ceritakan kepada mereka. Mungkin ceritanya sedikit memalukan, namun tetap aku biarkan cerita itu ada di blogku, biar menjadi sejarah bahwa aku pernah ‘sekelewatan’ itu menyukai seseorang. Saat pertama kali masuk kuliah kakakku berpesan “Dek, nanti pas kuliah jangan suka-suka sama orang ya, jangan pacaran, nanti gak fokus kuliah.” Saat itu aku hanya mengiyakan saja apa yang kakakku katakan, lagian aku juga berpikir, aku udah ilfeel sama cowok, gara-gara aku pernah terlalu berharap dengan teman kelasku dulu. Saat itu aku bukan berharap bisa berpacaran dengan dia, tidak sama sekali, tetapi aku hanya berharap dia bisa menjadi teman baikku, ah ceritanya aneh. Tiba-tiba saja dia menjadi musuhku setelah dia (mungkin) tau kalau aku suka kepadanya, sedangkan dia sudah memiliki pacar, padahal dia duluan yang suka usilin aku, gangguin aku, pokoknya apa-apa aku, sampe pada akhirnya yang awalnya aku cuek dan kesel dengan tingkahnya yang selalu menggangguku, berubah menjadi aku suka dengan dia, ah aku nyesal sekarang pernah suka dengannya.
          Saat kuliah kupikir aku tidak memiliki rasa dengan cowok, tetapi naluri seorang manusia dan Alhamdulillah Allah beri aku rasa itu lagi, walaupun awalnya aku gak mau, bukan gak mau suka sama lawan jenis sih. Tapi aku mau bebas sebentar, aku mau tak memiliki rasa dengan siapapun, aku mau kelak, rasa ini untuk suamiku saja. Tapi rasa ini ada, aku memiliki rasa kepada seseorang. Ya sekarang aku menikmati saja rasa ini. Rasa ini akan hilang dengan sendirinya. Dulu waktu SMA saja aku pernah memiliki rasa yang berlebihan dengan temanku, dan sekarang aku benar-benar bisa mengikhlaskannya, dan aku sangat-sangat bersyukur karena memang ternyata dia bukan cowok yang baik buatku.
          Tentang rasa ini, aku sampai saat ini juga bingung, mengapa rasanya terlalu aneh ya. Rasa ini membuat kita egois. Saat kita menyukainya, kita juga ingin dia kembali menyukai kita. Rasanya ingin selalu memperhatikannya, saat dia melihat kita, kita malah pura-pura tidak lihat. Rasanya ingin mengobrol lama dengannya, namun didepannya kita hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakannya, tiba-tiba seluruh kata-kata tidak bisa keluar dari mulut kita. Mengetahui segala tentangnya membuat kita bahagia. Eittsss udah ya, aku tau kamu juga merasakannya, segitu aja, jangan bapernya keterlaluan. Sebenarnya rasa ini diberikan oleh Allah, ya sudah kembalikan saja kepada Allah, ikhlaskan saja, sebisa mungkin tidak mengumbar perasaan kita, karena perasaan itu sifatnya tidak abadi, hari ini mungkin suka, besok mungkin benci, tidak ada yang tahu akan hal itu.
          Ini hanya cerita dari pengalamanku, aku jauh dari kata sempurna, aku juga masih sering greget sendiri kalo sudah suka dengan seseorang. Tapi seiring dengan bertambahnya umur, aku mulai belajar untuk mengendalikan perasaan ini dengan baik, dan belajar mengikhaskan segala yang belum tentu menjadi milikku, termasuk seseorang yang kusukai, belum tentu dia jodohku, jadi aku harus biasa saja, jangan terlalu berlebihan menanggapi rasa ini.
Sekian ya ceritanya, kapan-kapan lanjut lagi, Assalamualaikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Milikku memang Untukku

Assalamualaikum pembaca blogku Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku tentang “TAKDIR”, tentang bagaimana Allah bisa seromantis itu sama aku, memberikan sesuatu ke aku dengan cara yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku, yang buat aku terharu dan sangat merasa bersyukur. Sebelumnya, aku nulis ini sama sekali gak ada maksud untuk sombong, karena emang udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi karena banyak mikirnya, makanya gak jadi-jadi tulisannya. Mungkin yang aku dapat gak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang luar biasa pencapaiannya, jadi ya apanya yang mau disombongin kan? Hehehe. Lanjut aja ke ceritanya, jadi aku akan ceritain tentang gimana aku bisa dapatin suatu beasiswa yang padahal “nyaris” gak dapat, qadarullah Alhamdulillah dapat juga hehehe. Dulu, waktu pertama kali aku pindah ke Banda Aceh, Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku ingat banget, aku dipanggil ke ruang guru untuk dikasih uang beasiswanya, Alhamdulillah saat itu aku dap

Obat

  Ini adalah salah satu obat bagiku. Apa itu? Menulis. Menulis adalah kegiatan yang aku senangi sejak kecil. Menjelaskan segala perasaanku lewat kata-kata, yang awalnya berantakan, setidaknya sedikit menjadi rapi lewat tulisan dalam paragraf. Pikiranku sering berkecamuk sendiri, berantam, terlalu banyak hal tidak penting yang kupikirkan. Terlalu banyak ketakutan yang kubayangkan, aku menyerah, kini kuambil obatku lalu kukonsumsi ia. Saat menulis ini, aku tidak tau harus menulis apa, aku hanya ingin berkata-kata, di saat tidak ada seseorang yang bisa menjadi tempat untuk kusampaikan perasaanku. Aku menulis. Ke depannya, akan banyak cerita yang kusampaikan, aku ingin melawan segala ketakutanku yang tidak jelas. Aku ingin menjadi sesosok “Ayu” yang baru, Ayu yang berani, siap ya Yu.