Langsung ke konten utama

cerita pendek "AWAL BARU CERITA BARU"

AWAL BARU CERITA BARU

Di tahun terakhir aku di bangku SMP , aku sangat banyak libur, apalagi setelah Ujian Nasional berakhir. Selama liburan ini aku hanya di rumah, mengisi liburan dengan kekosongan, padahal liburan cukup lama lho. Mau pergi sekolah tapi gak diizinin lagi sama pihak sekolah, di bilang sama guru di SMP nanti kami malah mengganggu adik-adik kelas VII dan kelas VIII. Yaudah deh, kebayang kan berapa lamanya? Dari mulai selesai Ujian Nasional itu bulan 4, masuk sekolah tahun ajaran baru bulan 7, kira-kira sekitar 3 bulanan kami libur, lama banget kan? Tapi aku cuma di rumah aja selama 3 bulan itu.
Pagi itu, gak tau kenapa ayah udah mulai ceramah panjang lebar, padahal aku masih berada di alam mimpiku, namun terdengar suara ayah yang jelas tertangkap oleh telingaku “Ayu, masih mau sekolah apa enggak sih? Orang udah sibuk cari sekolah baru, dia masih di tempat tidur”. Dengan mata masih tertutup setengah, aku keluar dari kamar tanpa menjawab pertanyaan dari ayah. Saat aku keluar kamar, ayah dan ibu udah mau pergi, aku yang masih gak ngerti permasalahannya, bertanya kepada kakakku yang kebetulan udah bangun dari tadi “kenapa kak?”. “gak tau ayah, marah-marah pagi-pagi, katanya anak kawan ayah udah daftar di MAN Model, dan hari ini terakhir daftar di MAN Model” jawab kakakku dengan nada kesal.
Tak lama kemudian ayah menelpon, aku langsung menjawab panggilan ayah “assalamualaikum yah”. “waalaikumsalam, ayu ada raport? Ada kartu NISN? Nilainya ada cukup 7,0? Ada photo?” Tanya ayah, yang sepertinya sangat tergesa-gesa. Singkatku “ada yah, tapi raport sama wali kelas di sekolah, photo belum Ayu cuci”. “yaudah, Ayu udah mandi?” Tanya ayah lagi. “udah yah” jawabku, walaupun sebenarnya aku belum mandi, aku terpaksa berbohong, karena aku sudah sangat mengenal ayahku, ayah sangat anti dengan orang yang kerjanya lambat. “yaudah siap-siap terus, kita ke SMP Ayu” perintah ayah. “iya yah” jawabku menyelesaikan pembicaraan.
Tanpa pikir panjang aku langsung lari menuju kamar mandi, aku langsung mandi jebar jebur entah bersih entah enggak, yang penting kalau ayah udah pulang, aku udah beres tinggal berangkat ke SMP. Pas banget saat aku udah siap pake baju, ayah sama ibu baru pulang. Lalu ayah menyuruh kakakku untuk mencuci photoku, sisanya aku dan ayah pergi ke SMP untuk mengambil raportku. Aku dan ayah langsung pergi ke SMP, kebetulan SMP ku jaraknya tidak jauh dari rumah.
Setelah sampai di sekolah aku langsung bertanya kepada guru piket, kebetulan guruk piket itu adalah wali kelasku saat kelas VIII, jadi ibu tersebut sudah lebih kenal kepada ku. “permisi bu, bu, bu Sumi ada datang gak hari ini?” Tanya ku dengan sopan. “oh bu Sumi datangnya bentar lagi nak, buat apa nak?” jawab ibu itu dengan lembut. “mau ambil raport bu” jawabku dengan nada lemas. “oh ibu Sumi siang dikit datangnya nak, karena ibu Sumi udah gak ada jadwal ngajar lagi, anak kelas 3 udah gak ada” jawab guru piket. “oh iya bu, makasih ya bu” aku mengakhiri pembicaraan dan beranjak pergi. “iya nak, sama-sama” jawab guru ku.
Lalu aku kembali ke tempat ayah yang menuggu di luar sejak tadi. “yah, wali kelas Ayu belum datang, katanya bentar lagi datang” jelasku dengan nada takut. “raport Ayu sama wali kelas?” Tanya ayah dengan sabar. “iya, di rumah ibu itu”. “yaudah telpon ibu tu suruh bawa raport Ayu, ada nomornya?” Tanya ayah. “ada tapi di HP Ayu, HP Ayu di rumah”. “kenapa gak bawa hp?” emosi ayah mulai naik dengan tingkah ku yang gak jelas. Mungkin karena tergesa-gesa, jadi aku gak kepikiran untuk membawa handphone. Ayah menyuruhku untuk menelpon kakak dirumah agar mengirimkan nomor wali kelasku. Setelah nomor wali kelasku dikirim ayah langsung menelpon nomor tersebut, namun tidak ada jawaban dari arah sana. “coba Ayu minta nomor wali kelas Ayu sama guru piket tadi” perintah ayah. “iya yah” balasku.
“permisi bu, bu boleh minta nomor bu Sumi” pintaku. “boleh nak, nih liat aja” aku langsung mencatat nomor yang diberi oleh guru piket. “makasih ya bu”. Mungkin karena udah 2 kali aku bolak balik masuk, akhirnya ada guru yang berkomentar “kenapa baru sekrang cari raport, kemarin-kemarin kemana aja?” aku tidak menhiraukan perkataan guru itu, aku langsung pergi kembali ke tempat ayah. Sebenarnya dalam hati sih aku kesal sama guru tadi, disaat aku lagi buru-buru seperti ini, ibu itu masih aja berkomentar. Lagian aku juga gak tau kalau MAN Model udah buka pendaftaran, kalau aku tau, pasti udah aku urus dari jauh-jauh hari.
Setelah aku mendapat nomor wali kelasku, aku langsung menelpon ibu itu, akhirnya ada jawaban dari arah sana “assalamualaikum”. “waalaikumsalam bu, bu saya Ayu mau ambil raport” balasku. “Ayu mana ini nak?” Tanya wali kelasku. “Ayu Sri Rezeki kelas IX-7 bu” jawabku. “oh iya, bentar lagi ibu mau ke sekolah”. “iya bu, makasih bu ya. Assalamualaikum” aku menutup pembicaraan. “iya sama-sama nak, waalaikumsalam”.
Lalu aku dan ayah menunggu wali kelasku di warung depan sekolah, karena pulsa ayah udah habis buat nelpon sana sini, ayah menyuruhku untuk mengisi pulsa ayah di dalam kantin sekolah. Saat di kantin, aku bertemu dengan teman sekelasku, saat kami berpas-pasan, dia hanya senyum. Terus aku nanya ke dia “ngapain?”. “beli ini” jawabnya sambil nunjuk yang dia pegang. Aku diam aja, dan dia langsung pergi. Dalam hati aku berkata “ya ampun, belum juga tamat, udah jutek banget, gimana kalo udah punya sekolah baru, pasti sombong deh”. Setelah siap isi pulsa ayah, aku kembali ke tempat ayah menungguku. Disitu kami berdua hanya sabar menunggu wali kelasku datang.
Setelah berapa lama kami menunggu, akhirnya wali kelasku datang, aku langsung masuk untuk mengambil raportku. “oh ya ini Ayu, mau masuk mana nak?” Tanya wali kelasku sambil memberi raportku. “saya mau masuk MAN Model bu”. “semoga sukses nak ya” jawab wali kelasku sambil mendoakanku. “iya bu, makasih bu ya” jawabku. “iya sama-sama nak” jawabnya. Sebenarnya yang mengenaliku tentang MAN Model adalah wali kelasku, saat pengambilan raport semester 1 kelas IX. Saat itu wali kelasku menyarankan agar aku masuk ke MAN Model saja, bu Sumi menjelaskan semua-semua tentang MAN Model, dan entah kenapa aku seperti dihipnotis oleh bu Sumi, aku langsung tertarik untuk masuk ke MAN Model. Sebenarnya untuk pendaftaran murid baru di MAN Model aku sama sekali tidak mendapat info, untung saja Allah masih memberi jalan kepadaku untuk masuk ke MAN Model, melalui info dari teman ayah. Keputusanku memang sudah bulat, saat teman-teman mengajak ku untuk masuk SMA, aku hanya bilang “iya, tapi itu pilihan kedua kalau di MAN Model gak lewat.
Setelah mendapatkan raport, aku langsung berlari ke tempat ayah untuk mem-photo copy raport semester 1-5. Aku dan ayah langsung bergerak ke tempat photo copy yang dekat dengan sekolah. Eh kebetulan ayah berhenti di depan dua toko photo copy yang bersebelahan, karena ada duatempat, aku jadi bingung mau masuk yang mana, aku langsung nanya ke ayah “photo copy yang mana yah?”. “masuk terus, yang mana aja” ayah menjawab dengan nada kesal, mungkin karena aku terlalu bodoh, untuk hal seperti itu saja aku harus bertanya dulu kepada ayah. Akhirnya aku masuk ke photo copy yang pas berada di depanku. Disini aku dan ayah di uji kesabaran lagi, bapak yang punya photo copy sudah cukup tua, jadi kerjanya cukup lambat, dalam keadaan tergesa-gesa, aku hanya diam dan sabar menunggu kerja bapak tersebut. Padahal photo copy yang satu lagi itu bagus, masalahnya aku gak berani bilang ke ayah, dengan ayah udah marah- marah, yaudah aku masuk terus ke photo copy ini. Akhirnya raport ku pun sudah selesai di photo copy. Aku dan ayah langsung kembali ke sekolah ku untuk melegalisir raportku.
Setelah sampai di sekolah, aku langsung masuk ke ruang Tata Usaha untuk melegalisir raport. Lalu aku memberi raport ku kepada kepala Tata Usaha, dan aku disuruh untuk menunggu diluar selagi raportku di tandatangani oleh kepala sekolah. Diluar aku berbincang dengan wali murid dari temanku yang kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Wali murid tersebut bertanya “mau masuk kemana nak?”. “MAN 1 bu” jawabku. Terus ibu tersebut bertanya kepada anaknya “MAN 1 dimana?”. Anaknya menjawab “MAN 1 sama aja dengan MAN Model”. Ternyata anaknya juga mau mendaftar di MAN Model, dan nasibnya juga sama sepertiku, di juga telat mendaftar di MAN Model. Setelah beberapa saat akhirnya raport ku selesai dilegalisir.
Aku dan ayah langsung menuju ke MAN Model, disana aku bertemu dengan kakakku untuk mengambil photo ku yang baru dicuci. Setelah semua beres aku langsung mengambil nomor formulir. Saat itu aku tidak membawa apa-apa. Kebetulan mengisi formulir harus memakai pensil 2B. Terpaksa aku pergi ke kantin MAN Model untuk membeli pensil, ternyata disitu hanya menjual pensil, rautan dan penghapus tidak dijual. Untung kakak kantin itu baik, dia mau meraut pensil ku dengan memakai pisau. Setelah itu aku masuk ke dalam ruang kelas untuk mengisi formulir yang telah aku ambil tadi. Saat mau mulai mengisi formulir ayah berkata “baca bismillah, isi hati-hati” dengan wajah tersenyum kepadaku. Jujur aku sangat terharu melihat ayah sangat peduli kepadaku, walaupun ayah sangat keras tapi sebenarnya ayah sangat sayang kepada anak-anaknya. Aku hanya tersenyum lalu membaca bismillah. Tiba-tiba ada tulisanku yang salah, lalu ayah meminjam penghapus kepada murid baru yang lain. Dalam hati aku tertawa, benar-benar lucu ceritaku untuk masuk ke MAN Model pokoknya kejadian dari pagi sampai sekarang akan selalu aku ingat dan akan aku ceritakan kepada anak cucuku nanti hehehe =D. Setelah selesai mengisi formulir akhirnya aku pulang ke rumah.
Sesampai di rumah aku menceritakan semuanya kepada kakak dan ibuku di mulai dari ambil raport, photo copy, sampai isi formulir. Ibaratnya saat itu aku seperti anak bayi yang terkejut batin, yang ada dalam pikiranku saat itu hanya  mendaftar dan semoga masih diterima. Alhamdulillah pendaftaran masih dibuka.
Keesokan harinya aku harus mengikuti tes tulis, pagi-pagi ayah sudah mengantarkanku ke MAN Model, saat bersalaman dengan ayah, ayah bilang “jawab pelan-pelan ya, baca bismillah jangan lupa”. “iya yah” jawabku sambil tersenyum. Setelah masuk kedalam sekolah aku harus mencari kelas, dan akhirnya dapat, aku langsung mencari tempat dudukku. Baru masuk aku sudah dapat teman baru, namanya Vera. Dia yang duluan ngajak aku ngobrol, dia orangnya ramah. Ternyata temanku yang kemarin ketemu di Tata Usaha SMP duduk di belakangku.
Ujian pun berlangsung, ternyata soal nya ada paket seperti Ujian Nasional. Aku mendapat soal yang covernya berwarna biru, kebetulan aku suka banget dengan warna biru. Sebelum membuka soal, aku membaca doa terlebih dahulu. Aku menjawab soal dengan perlahan, mejawab yang mudah terlebih dahulu. Setelah hampir selesai menjawab soal, penyakit aneh ku kambuh, aku paling gak bisa nahan buang air kecil. Akhirnya aku minta izin dengan guru pengawas. “bu, saya izin ke kamar mandi ya?” pintaku. “iya nak” jawab guru itu. Tapi ini kan sekolah baru, aku belum hafal dimana kamar mandi nya. Terus aku nanya lagi ke ibu itu “bu kamar mandinya dimana ya”. Ibu itu tersenyum lalu menjelaskan dimana letak kamar mandinya. Setelah keliling mencari kamar mandi, akhirnya aku dapat juga, tapi setelah aku lihat, kamar mandinya cukup menyeramkan, mau gimana lagi aku udah kebelet, yaudah aku masuk aja walaupun takut. Setelah siap buang air kecil aku kembali kedalam kelas. Eh, enggak lama kemudian orang-orang udah pada kumpulin kertas mereka. Aku jadi takut, walaupun waktunya belum habis, aku jadi tergesa-gesa untuk menjawab soal. Akhirnya aku siap mengisi soal, lalu aku mengumpulkannya dan pulang ke rumah.
Esoknya ada tes wawancara, seperti kemarin pagi-pagi aku sudah diantar oleh ayah. Pagi itu aku kembali masuk ke dalam kelas tempat kemarin aku tes tulis. Tapi, hanya sedikit orang yang ada di dalam kelas. Aku keluar kelas untuk duduk di luar, sebenarnya aku duduk di luar karena takut, abis kelasnya gelap banget sih. Setelah itu aku masuk kelas lagi karena hari itu hari senin, dan ada upacara, jadi kami gak boleh keluar kelas. Aku bertemu lagi dengan teman baru namanya Bardha. Setelah upacara selesai aku, Vera, dan Bardha pergi keluar kelas karena ternyata tes wawancara kami bukan di kelas yang kemarin. Setelah mendapat kelas wawancara, kami menunggu di luar sambil belajar-belajar, di luar aku banyak mendapat teman baru yang baik dan ramah. Setelah lama menuggu akhirnya nomor pesertaku pun di panggil. Saat di dalam kelas aku disuruh menulis bacaan Al-quran ke kertasku, selanjutnya aku di suruh membaca ayat yang aku tulis dan membaca doa shalat. Setelah selesai tes aku langsung pulang ke rumah.
Di rumah aku sangat dilema menunggu hasil pengumuman Ujian Nasional dan pengumuman di MAN Model. Apalagi melihat ayah yang sangat mendukung ku untuk masuk ke MAN Model, aku takut kalau aku enggak lulus, ayah bakalan kecewa kepadaku, ditambah lagi pengorbanan ayah untukku sangat luar biasa. Akhirnya hari pengumuman di MAN Model datang juga, kebetulan pagi itu kakakku dan ibu mau pergi ke pasar, jadi ibu dan kakak sekalian lihat pengumuman ku di MAN Model. Di rumah aku udah banyak-banyak berdoa, tiba-tiba handphoneku masuk sms, yang isinya “dek, Alhamdulillah lulus”. Saat itu aku senang luar biasa, aku langsung sujud syukur kepada Allah SWT. Dan tiba-tiba terdengar suara ayah dari luar “Yu, ayu lulus, ni kakak sms”. Aku dengan senang menjawab “iya yah, Alhamdulillah”.

Beberapa hari kemudian aku kembali ke MAN Model bersama ayah, untuk daftar ulang. Akhirnya aku sah menjadi murid MAN Model. Yeeee \(^_^)/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu, Aku Juga Menginginkan Itu

Assalamualaikum, teman-teman onlineku. Aku hadir kembali dengan tulisanku yang masih terus berproses. Di tulisan ini aku ingin membahas tentang cinta, namun lebih terkhusus lagi tentang bagaimana perasaanku terhadap lawan jenis. Di beberapa tulisanku sebelumnya aku pernah membahas tentang cinta. Aku bingung mulai dari mana hahaha. Alhamdulillah aku seorang gadis yang normal, yang diberikan anugerah untuk juga dapat merasakan bagaimana itu cinta, aku juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis dan hal lainnya. Dulu sewaktu SD, aku polos sekali, aku pernah suka dengan teman kelasku sendiri, aku juga pernah suka dengan teman ngajiku hahaha, sekarang kalau aku membayangkan hal itu rasanya bodoh sekali aku, kenapa ya aku bisa suka sama mereka, yah namanya juga anak-anak baru puber. Abang letingku di SD juga pernah menyatakan perasaannya kepadaku, melalui teman perempuannya yang sudah pasti kakak lettingku, mereka berkata seperti ini “Dek, Si Aan (nama samaran) suka sama adek, mau g

Milikku memang Untukku

Assalamualaikum pembaca blogku Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku tentang “TAKDIR”, tentang bagaimana Allah bisa seromantis itu sama aku, memberikan sesuatu ke aku dengan cara yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku, yang buat aku terharu dan sangat merasa bersyukur. Sebelumnya, aku nulis ini sama sekali gak ada maksud untuk sombong, karena emang udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi karena banyak mikirnya, makanya gak jadi-jadi tulisannya. Mungkin yang aku dapat gak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang luar biasa pencapaiannya, jadi ya apanya yang mau disombongin kan? Hehehe. Lanjut aja ke ceritanya, jadi aku akan ceritain tentang gimana aku bisa dapatin suatu beasiswa yang padahal “nyaris” gak dapat, qadarullah Alhamdulillah dapat juga hehehe. Dulu, waktu pertama kali aku pindah ke Banda Aceh, Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku ingat banget, aku dipanggil ke ruang guru untuk dikasih uang beasiswanya, Alhamdulillah saat itu aku dap

Obat

  Ini adalah salah satu obat bagiku. Apa itu? Menulis. Menulis adalah kegiatan yang aku senangi sejak kecil. Menjelaskan segala perasaanku lewat kata-kata, yang awalnya berantakan, setidaknya sedikit menjadi rapi lewat tulisan dalam paragraf. Pikiranku sering berkecamuk sendiri, berantam, terlalu banyak hal tidak penting yang kupikirkan. Terlalu banyak ketakutan yang kubayangkan, aku menyerah, kini kuambil obatku lalu kukonsumsi ia. Saat menulis ini, aku tidak tau harus menulis apa, aku hanya ingin berkata-kata, di saat tidak ada seseorang yang bisa menjadi tempat untuk kusampaikan perasaanku. Aku menulis. Ke depannya, akan banyak cerita yang kusampaikan, aku ingin melawan segala ketakutanku yang tidak jelas. Aku ingin menjadi sesosok “Ayu” yang baru, Ayu yang berani, siap ya Yu.