Langsung ke konten utama

Ikhlas. Indah, jika kamu dapat mengamalkannya



Assalamualaikum teman-teman.
Ikhlas. Aku belum mampu melaksanakannya. Aku masih sangat jauh dari kata ikhlas. Tapi itu dulu, sekarang? Haha. Aku sedang berusaha untuk selalu ikhlas, walaupun aku akui sangat sulit bagiku untuk mencoba ikhlas dalam segala hal yang terjadi di hidupku. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usiaku, kini aku sadar bahwa ikhlas akan sangat indah dan menentramkan jiwa, saat kita benar-benar melaksanakannya.
Aku dulu adalah orang yang sangat egois, semua yang aku inginkan seakan harus terpenuhi, jika tidak, maka aku akan marah dengan siapapun termasuk dengan diriku sendiri. Walaupun orang tuaku tidak pernah mengajarkanku untuk bersikap egois seperti itu. Orang tuaku selalu mengajarkanku caranya menjadi anak yang mandiri. Jika aku menginginkan sesuatu, maka aku harus berusaha untuk mendapatkannya, sehingga aku bisa merasakan bagaimana pahitnya perjuangan. Tetapi aku tetap bingung, dengan kondisi keluargaku yang selalu menanamkan hal tersebut kepadaku, mengapa aku tetap saja egois. Aku sangat sulit untuk menjadi ikhlas.
Sekarang, setelah berbagai pengalaman hidup yang aku lewati, aku mulai belajar caranya ikhlas. Dan hasil yang kudapatkan setelah aku ikhlas adalah kedamaian yang tiada tandingnya bila dibandingkan dengan keadaan jika aku selalu menyalahkan keadaan.
Ikhlas bagiku adalah hal yang sangat susah untuk aku lakukan, awalnya. Sekarang aku sudah membiasakan untuk terus bersikap ikhlas dalam segala kondisi apapun. Aku akan bercerita tentang pengalaman indahku merasakan ikhlas ini.
Dulu saat kelas 2 SMA, semangat belajarku menurun, hal itu disebabkan karena salah berteman, dalam artian mereka tidak membawa pengaruh baik kepadaku, dan juga terlalu fanatik terhadap sesuatu, yaitu basket. Aku benci untuk menceritakannya, karena imbasnya kurasakan sampai detik ini. Sebenarnya itu semua berawal karena sifat keras kepalaku yang tidak mau mendengarkan kata orang tuaku. Akhirnya pembagian raport semester 1 kelas 2, aku sudah yakin, rankingku pasti turun dibandingkan dengan rangking di kelas 1. Ternyata benar, rangkingku turun, sangat jauh dibandingkan dengan kelas 1. Sepanjang aku sekolah itu adalah rangking terendah yang kudapat. Tapi aku gak nangis, aku gak marah, aku biasa aja, kayak ada kelegaan dalam diri aku. Kenapa? Karena, jauh sebelum pembagian raport aku sudah yakin aku akan turun rangking. Aku lantas berdoa kepada Allah selalu, setiap selesai shalat. “ya Allah, kalau memang rangking hamba turun nanti, tolong ya Allah ikhlaskanlah hati hamba, berikanlah ketenangan dalam diri hamba.” Ternyata itu terwujud, aku emang sangat kecewa sama diri aku sendiri karena aku belum pintar membawa diri dalam memilih teman, yang membuat aku jadi malas belajar. Tapi ketenangan yang aku dapatkan, padahal rangkingnya itu turun banget. Kalo aku gak minta doa seperti itu ke Allah, mungkin aku udah marah-marah, nangis-nangis gak jelas. Padahal itu kesalahanku sendiri. Aku juga gak menyangka kok bisa ya aku seikhlas ini, padahal kalo urusan sekolah aku paling sensitif.
Terkadang aku sering buat story tentang Ibu, apapun itu. Terus ada seorang teman yang bilang “ikhlas Yu.” Bro, aku insha Allah udah ikhlas kok, bahkan malam saat ibuku meninggal, aku sanggup baca Yasiin dengan suara keras, yang aku sendiri gak habis pikir kenapa aku bisa baca Yasiin selantang itu di dalam mobil ambulance saat mau pulang ke rumah. Doaku malam itu cuma satu “Ya Allah, hamba ikhlas ya Allah apapun yang terbaik buat ibu hamba, hamba sayang dengan ibu hamba, dan Engkau Maha Tahu apa yang terbaik untuk ibu hamba.” Aku bahkan juga bingung, kami sekeluarga gak ada tuh yang nangis histeris sampe pingsan saat ibu meninggal, bukan karena kami gak sedih, bukan karena kami gak sayang sama ibu. Kami sedih bahkan air mata kami jatuh udah jauh-jauh sebelum ibu meninggal, kami sayang sama ibu sangat sayang, karena kami sayang dengan ibu lah kami gak ingin dengan tangisan kami malah akan mempersulit ibu untuk memasuki fase kehidupan yang lain, kami paham. Hal itu karena ada Allah di hati kami, kami sadar memang sudah waktunya ibu untuk kembali, kami pun semua juga akan kembali ke tempat kami sebenarnya. Jadi buat teman-teman yang masih berpikir saat ayu post foto ibu, tentang ibu, itu karena ayu gak ikhlas. Kalian salah. Itu karena ayu rindu sama ibu, dan rindunya itu sangat dalam, ayu pengen membaginya ke orang lain, agar orang lain tau ayu rindu ibu. Itu aja, bukan karena ayu gak ikhlas. Dan juga ada cerita-cerita tentang ibu yang pengin ayu bagikan ke orang lain, karena ceritanya itu bermakna bagi ayu.
Soal percintaan juga gitu sih hehehe. Si Ayu cinta monyet aja dibahas, duh. Enggak sih, aku mau jelasin tentang ikhasnya. Kalo soal cinta aku lebih sering pendam sendiri. Aku akan cerita ke orang-orang tertentu yang bisa kupercaya. Kadang tuh ya karena seringan mendem gitu, jadi yaudah cinta bertepuk sebelah tangan deh ahahah, udah biasa mah. Ohya, aku itu paling susah suka sama orang, karena aku keseringan terlalu cuek, dan kalo aku udah suka sama satu cowok, itu udah deh susah banget lupainnya. Jadi dulu kalo ada suka sama cowok, yang selalu bikin sedih dan galau aja yaudah aku belajar untuk ikhlas, toh juga cinta monyet. Alhasil sekarang mau liat dia sama pacarnya pun aku udah biasa aja, mau dia nikah sekalian juga udah gak peduli, bodo amat. Lagian enak kayak gini, bebas, gak galauin siapa-siapa.
Banyak lagi pengalaman-pengalaman lainnya yang mengajarkanku untuk ikhlas. Sekarang aku sadar gak semua yang aku inginkan itu harus terwujud. Kalau memang itu bukan rezeki aku, yaudah aku gak berhak mendapatkannya. Gitu aja prinsip aku sekarang. Jadi kalo misalnya aku mau dapatin sesuatu dan ujung-ujungnya aku gak dapat yah ini bukan untuk aku emang.
Ikhlas itu sulit banget kita lakuin kalo hati kita masih dipenuhi dengan ego yang terlalu tinggi. Tapi coba deh turunin sedikit frekuensi egonya, sadarin ke diri kita, kita ini cuma pelakon, cuma pemain perannya, yang punya skenario Allah sang sutradara cerita hidup kita. Ohya dan juga saat kita ikhlas, selalu ingat setelah ini pasti Allah akan beri sesuatu yang benar-benar emang untuk aku. Jadi jangan terpuruk lama-lama sama hal yang bikin kamu sedih, Allah akan ganti kok dengan yang lebih bagus, tenang aja. One thing again that I wanna tell you, kalau kalian mau ada target sesuatu atau hajat apapun. Coba deh selalu berdoa “ya Allah, hamba ingin mendapatkan ini perkenankanlah ya Allah, kalaupun hamba tidak mendapatkannya berikan keikhlasan dalam hati hamba ya Allah.” Yakin deh, setelah berdoa seperti itu, kalaupun kalian gak dapatinnya, hati kalian akan selalu tenang dan damai, gak ada kekecewaan yang terlalu. Coba deh.

Dari ceritaku di atas jangan pikir kalau aku sudah pintar untuk bersikap ikhlas. Aku masih proses belajar dan akan terus belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu, Aku Juga Menginginkan Itu

Assalamualaikum, teman-teman onlineku. Aku hadir kembali dengan tulisanku yang masih terus berproses. Di tulisan ini aku ingin membahas tentang cinta, namun lebih terkhusus lagi tentang bagaimana perasaanku terhadap lawan jenis. Di beberapa tulisanku sebelumnya aku pernah membahas tentang cinta. Aku bingung mulai dari mana hahaha. Alhamdulillah aku seorang gadis yang normal, yang diberikan anugerah untuk juga dapat merasakan bagaimana itu cinta, aku juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis dan hal lainnya. Dulu sewaktu SD, aku polos sekali, aku pernah suka dengan teman kelasku sendiri, aku juga pernah suka dengan teman ngajiku hahaha, sekarang kalau aku membayangkan hal itu rasanya bodoh sekali aku, kenapa ya aku bisa suka sama mereka, yah namanya juga anak-anak baru puber. Abang letingku di SD juga pernah menyatakan perasaannya kepadaku, melalui teman perempuannya yang sudah pasti kakak lettingku, mereka berkata seperti ini “Dek, Si Aan (nama samaran) suka sama adek, mau g

Milikku memang Untukku

Assalamualaikum pembaca blogku Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku tentang “TAKDIR”, tentang bagaimana Allah bisa seromantis itu sama aku, memberikan sesuatu ke aku dengan cara yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku, yang buat aku terharu dan sangat merasa bersyukur. Sebelumnya, aku nulis ini sama sekali gak ada maksud untuk sombong, karena emang udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi karena banyak mikirnya, makanya gak jadi-jadi tulisannya. Mungkin yang aku dapat gak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang luar biasa pencapaiannya, jadi ya apanya yang mau disombongin kan? Hehehe. Lanjut aja ke ceritanya, jadi aku akan ceritain tentang gimana aku bisa dapatin suatu beasiswa yang padahal “nyaris” gak dapat, qadarullah Alhamdulillah dapat juga hehehe. Dulu, waktu pertama kali aku pindah ke Banda Aceh, Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku ingat banget, aku dipanggil ke ruang guru untuk dikasih uang beasiswanya, Alhamdulillah saat itu aku dap

Obat

  Ini adalah salah satu obat bagiku. Apa itu? Menulis. Menulis adalah kegiatan yang aku senangi sejak kecil. Menjelaskan segala perasaanku lewat kata-kata, yang awalnya berantakan, setidaknya sedikit menjadi rapi lewat tulisan dalam paragraf. Pikiranku sering berkecamuk sendiri, berantam, terlalu banyak hal tidak penting yang kupikirkan. Terlalu banyak ketakutan yang kubayangkan, aku menyerah, kini kuambil obatku lalu kukonsumsi ia. Saat menulis ini, aku tidak tau harus menulis apa, aku hanya ingin berkata-kata, di saat tidak ada seseorang yang bisa menjadi tempat untuk kusampaikan perasaanku. Aku menulis. Ke depannya, akan banyak cerita yang kusampaikan, aku ingin melawan segala ketakutanku yang tidak jelas. Aku ingin menjadi sesosok “Ayu” yang baru, Ayu yang berani, siap ya Yu.