Langsung ke konten utama

Si Penetral Rasa


Assalamualaikum gaeeeeesssss…… huhuuuuu seneng banget bisa nulis blog lagi. Setelah sekian purnama ku tinggalkan blog ini. Kasusnya tetap sama dari dulu, mager, mager, mager teroooosss.  Dan sekarang aku mau nulis apa ya? Sebenarnya pengen nulis gejolak perasaanku selama ini, tapi takut sih, takut kalau manusia lain yang baca blog ini bakalan mikir yang aneh. Btw gaes, aku udah semester 7 lho :’) maba 2016 sekarang udah jadi senior paling atas di kampus. Cepet banget ya waktu berjalan, kayak sekarang ini nih, sebelum nulis blog, aku ngescroll twitter eh tiba-tiba udah jam setengah 10 malam aja.
Aku pengen nulis tentang cinta, ih bosen gak sih bahas cinta terus? Sebenernya aku agak males sih, tapi gemes pengen nulis. Bingung mulai dari mana nih, hehehe. Oke gini deh ya, umurku sekarang udah 21 tahun, aku udah tua donk. Di umur segini banyak banget kewas-wasan dalam diri, memikirkan segalanya tentang masa depan “ntar setelah ini aku ngapain ya?”. Termasuk tentang cinta cuy, tentang nikah apalagiiiii…. Yu no lah kan, anak-anak umur segini bahasannya apa lain kalo bukan tentang nikah, apalagi yang cewek, kalo cowok sih masih mikir “ah aku cari kerjaan yang mapan dulu baru berani lamar anak orang” nah yang cewek (apalagi udah semester akhir) pada ngegas minta dinikahin aja, gak sanggup sama proses kuliah yang rumit ini wkwkwk.
Mungkin kalo kalian pernah baca cerita di blogku jaman SMA, kalian tau cerita sosok yang aku suka sejak kelas 1 sampe kelas 3. Cerita cinta yang bodoh di masa SMA, gak seindah cerita cinta anak SMA lainnya, tapi cukuplah untuk dikenang dan ditertawakan, kenapa bisa selucu itu alur ceritanya. Nah, oleh sebab pengalaman cinta SMA itu, aku rada males untuk mengagungkan cinta lagi di umur sekarang, itu bermula semenjak awal kuliah sih, aku bertekad “ah biasa aja Yu, netralkan perasaan, jangan mudah baper sama orang, fokus kuliah aja dulu, ntar kalo udah tamat, silahkan memilih dan memutuskan siapa yang bakalan jadi pendamping Ayu”.
Sekarang aku udah kuliah selama 3 tahun lebih. Pertanyaannya apakah aku berhasil untuk gak tertarik “dulu” sama cowok selama kuliah? Ya enggak lah, hahaha. Aku juga suka sama seseorang selama aku kuliah, tapi kupendam dalam-dalam donk, kukubur sampai rasa itu hilang dengan sendirinya. Dulu jaman SMA aku blak-blakan banget nulis cerita tentang cowok yang aku suka itu, walaupun aku gak sebut nama dia, tapi kan clue yang kusebut di blog bisa buat kawan sekelasku langsung mendapatkan jawaban siapa yang aku maksud, hahaha stupid me guys.
Btw, aku termasuk orang yang susah banget suka sama seseorang. Dulu jaman SMP pernah dijodoh-jodohin sama kawan sekelas, awalnya aku cuekin, tapi karena selalu diejek-ejekin sama kawan sekelas akhirnya jadi suka deh. Ah aku malas sih sebenarnya ungkit cerita cinta jaman sekolah yang emang gak ada sweetnya sama sekali kayak cerita orang-orang. Kawan sekolahku pernah bilang “Ayu terlalu cuek jadi cewek, makanya cowok malas dekatin Ayu”. Oh come on.
Ohya, beberapa minggu yang lalu, aku dengerin cerita temanku yang sedih karena baru putus sama pacarnya, pokoknya dia galau banget, sedih, sakit, nyesek, pokoknya semuanyalah. Terus aku yang gak pernah pacaran ini tersangak, terbodoh, dan terdiam. Gak masuk aja di kepalaku, emang segimana sedihnya sih kalo putus cinta itu? Sesedih apa? Sesakit apa? Itu yang aku gak rasain sampe sekarang. Ya jadi hidup aku gini-gini aja, santuy gak galau-galau aneh karena masalah cinta.
Makin tua gini, aku semakin memiliki standar sendiri tentang sosok seseorang yang akan menjadi suamiku kelak, ehe. Bukan standar yang harus begini begitu sih, tapi lebih ke dia cocok gak sih sama aku? Obrolan kami nyambung gak sih? Sifat dan sikap kami sejalan gak sih? Humor kami sefrekuensi gak sih? Ada gak hal buruk yang paling gak bisa aku toleransi dalam diri dia? Intinya seberapa sanggup aku ngebayangin kalo aku akan setiap hari liat muka dia aja, seberapa sabar aku ngehadapin dia kalo lagi marah, seberapa sanggup aku ngobrol bersamanya dengan tidak merasa bosan. Juga tentang sosok yang mau menerima segala kekuranganku, aku yang keras kepala, aku yang cengeng, aku yang kalo pms bawaannya pengen marah dan berantam terus, aku yang pelupa parah, aku yang kalo badmood suka makan banyak, aku yang suka bercerita, yang kalo cerita harus didengerin banget, dan banyak hal buruk lainnya.
Saat ini, aku gak terlalu menekuni jika aku memiliki perasaan tertarik kepada seseorang, pasti langsung kusingkirkan, kubiasakan, dan kunetralkan saja perasaan itu. Aku selalu memegang prinsip, perjalananku masih panjang, aku akan tetap bertemu dengan manusia baru lainnya, yang mungkin jauh lebih baik. Ya, walaupun pada akhirnya laki-laki yang berhak memilih dan perempuan yang berhak memutuskan. Dan yang terpenting adalah apakah aku suka kamu, kamu suka aku lantas kita harus jadian? Harus pacaran? Alangkah lebih baiknya, jika aku suka kamu, kamu suka aku, kita serahkan ke Allah, apakah kamu pencarian terakhirku? Takdirku? Kamu adalah yang terbaik dari yang terbaik yang Allah pilihkan untukku? Kamulah nama yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz untuk mendampingiku?
Aku sangat yakin takdir tidak akan berubah dan bergeser sama sekali. Banyak hal yang sudah terjadi dalam hidupku tentang rezeki dan pertemuan yang mungkin jika dipikir dengan logika bagaimana bisa itu terjadi, tetapi Allah tetapkan hal itu terjadi dan menjadi milikku. Kamu? Masya Allah. Aku yakin kamu adalah manusia baik yang akan Allah pertemukan dengan diriku di waktu yang tepat. Sekarang mari kita berjuang melewati jalan masing-masing, sebelum akhirnya kita bertemu dan saling bertukar tentang cerita susah yang pantas ditertawakan di masa depan kelak.
See you guys. Udah abis nih ceritanya. Mau lanjut cari kerjaan lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu, Aku Juga Menginginkan Itu

Assalamualaikum, teman-teman onlineku. Aku hadir kembali dengan tulisanku yang masih terus berproses. Di tulisan ini aku ingin membahas tentang cinta, namun lebih terkhusus lagi tentang bagaimana perasaanku terhadap lawan jenis. Di beberapa tulisanku sebelumnya aku pernah membahas tentang cinta. Aku bingung mulai dari mana hahaha. Alhamdulillah aku seorang gadis yang normal, yang diberikan anugerah untuk juga dapat merasakan bagaimana itu cinta, aku juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis dan hal lainnya. Dulu sewaktu SD, aku polos sekali, aku pernah suka dengan teman kelasku sendiri, aku juga pernah suka dengan teman ngajiku hahaha, sekarang kalau aku membayangkan hal itu rasanya bodoh sekali aku, kenapa ya aku bisa suka sama mereka, yah namanya juga anak-anak baru puber. Abang letingku di SD juga pernah menyatakan perasaannya kepadaku, melalui teman perempuannya yang sudah pasti kakak lettingku, mereka berkata seperti ini “Dek, Si Aan (nama samaran) suka sama adek, mau g

Milikku memang Untukku

Assalamualaikum pembaca blogku Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku tentang “TAKDIR”, tentang bagaimana Allah bisa seromantis itu sama aku, memberikan sesuatu ke aku dengan cara yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku, yang buat aku terharu dan sangat merasa bersyukur. Sebelumnya, aku nulis ini sama sekali gak ada maksud untuk sombong, karena emang udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi karena banyak mikirnya, makanya gak jadi-jadi tulisannya. Mungkin yang aku dapat gak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang luar biasa pencapaiannya, jadi ya apanya yang mau disombongin kan? Hehehe. Lanjut aja ke ceritanya, jadi aku akan ceritain tentang gimana aku bisa dapatin suatu beasiswa yang padahal “nyaris” gak dapat, qadarullah Alhamdulillah dapat juga hehehe. Dulu, waktu pertama kali aku pindah ke Banda Aceh, Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku ingat banget, aku dipanggil ke ruang guru untuk dikasih uang beasiswanya, Alhamdulillah saat itu aku dap

Obat

  Ini adalah salah satu obat bagiku. Apa itu? Menulis. Menulis adalah kegiatan yang aku senangi sejak kecil. Menjelaskan segala perasaanku lewat kata-kata, yang awalnya berantakan, setidaknya sedikit menjadi rapi lewat tulisan dalam paragraf. Pikiranku sering berkecamuk sendiri, berantam, terlalu banyak hal tidak penting yang kupikirkan. Terlalu banyak ketakutan yang kubayangkan, aku menyerah, kini kuambil obatku lalu kukonsumsi ia. Saat menulis ini, aku tidak tau harus menulis apa, aku hanya ingin berkata-kata, di saat tidak ada seseorang yang bisa menjadi tempat untuk kusampaikan perasaanku. Aku menulis. Ke depannya, akan banyak cerita yang kusampaikan, aku ingin melawan segala ketakutanku yang tidak jelas. Aku ingin menjadi sesosok “Ayu” yang baru, Ayu yang berani, siap ya Yu.