Langsung ke konten utama

Obrolan dengan Diri Sendiri


Assalamualaikum sahabat pembaca blogku.
Telah lama ku tidak menulis lagi, memang istiqamah itu susah guys.
Kali ini aku mau tulis apa ya? Bingung juga, tapi banyak hal random yang udah bikin kepalaku sangat sumpek, sumpek banget, pengen meledak rasanya.
          Mungkin aku mau nulis tentang hidup. Sering banget aku berkata dalam hati “ya Allah hidup Ayu gini kali kok. Gak sanggup ya Allah. Kenapa hidup orang enak kali ya Allah. Kenapa orang kek gak ada masalah ya hidupnya? Kok masalah Ayu banyak kali ya Allah? Ayu gak sanggup ya Allah. Ayu capek ya Allah.”
          Semua keluhanku tentang hidup. Tentang kenyataan hidup yang gak sesuai dengan harapanku. Tentang segala masalah yang datang di hidupku, yang aku sendiri pengennya masalah itu gak datang, paling lemah aku pengen pura-pura gak tau aja kalo aku ada masalah itu.
          Balik lagi, kita gak bisa nuntut hidup kita harus sesuai dengan yang kita inginkan. Ada cerita-cerita pahit di dalam hidup kita yang malah menuntut kita untuk harus terima kenyataan hidup.
          Untuk aku, anak bungsu yang sampe saat ini sangat keras kepala. Aku menuntut banyak hal, aku mau segala yang aku ingin harus aku dapatkan. Sampe di titik, Allah benar-benar merubah hidupku. Aku diajarkan harus lebih sabar dan ikhlas menerima segala kenyataan yang ada. Teringat kalimat almarhumah ibuku yang sampe sekarang masih kuingat dan gak akan pernah kulupa. Gini kalimat ibu “Ayu kalo mau sesuatu boleh, pengen ini itu boleh, berharap boleh, tapi satu yang harus Ayu ingat, Ayu harus sabar, harus ikhlas, kalo apa yang Ayu mau, gak Ayu dapat, atau belum Ayu dapat. Harus lapang dada, gak boleh marah balik sama Allah.”
          Perkataan ibu itu masuk banget ke hati aku. Setiap berdoa sama Allah, aku selalu berdoa “Ya Allah, lapangkanlah dada hamba, jadikanlah hamba menjadi orang yang lebih sabar, bersyukur, dan ikhlas, dengan segala apapun kondisi hamba.” Doa itu terus-menerus kuulang setelah selesai shalat. Dan luar biasa, kekuatan doa sangat luar biasa. Banyak kegagalan yang kualami, tapi aku sama sekali gak nangis, gak kecewa sama Allah, setiap aku gagal aku langsung mikir “yaudah gak apa, Alhamdulillah, berarti bukan rezeki Ayu, yakin ada alasannya kok, kenapa Ayu gak dapatin itu.” Sangat-sangat lega dan lapang nih dadaku. Emang gak ada rasa kesel, sedih, dan kecewa yang berlebihan, cuma sekedar “yaudah gak apa”. Padahal kalo dipikir lagi, hal tersebut adalah hal yang sangat aku inginkan sejak lama, tapi Allah lebih tau yang terbaik buat aku. Aku sayang banget sama Allah, ada aja kejutan dari Allah yang buat aku terharu, yang kadang buat aku malu sebagai hamba “Ya Allah Engkau baik sekali dengan hamba :’)”.
          Nah kembali lagi ke masalah dalam hidup, masalah itu gak akan ada habisnya, kalo ngebandingin dengan hidup orang, ya bedalah, sesuai kemampuannya, walaupun aku sampai saat ini masih sering ngeluh sama Allah sambil nangis “Ya Allah gak sanggup”, tapi tetap percaya dan yakin sama Allah, Allah akan kasih jawaban terindah dari setiap sakit dan sedih yang Ayu lalui.
          Aku juga sering ngingat lagi temanku yang luar biasa hebat, bahkan masalah hidup dia lebih berat dari hidupku, tapi dia tetap sabar dan kuat. Hal tersebut malah menjadi tamparan keras untukku. “Yu, dia masalahnya lebih besar dari Ayu, tapi dia kuat Yu.” Ya, mungkin memang manusiawi, di satu titik aku merasa lelah, aku merasa gak sanggup ngejalanin hidup dengan menghadapi segala masalah itu. Manusiawi banget, karena kita hanya manusia yang memiliki segala keterbatasan. Tapi jangan sampai, karena masalah itu, kita jadi malah marah dengan Allah, gak terima keadaan dan salahin Allah, jangan banget. Tapi kita harus bersandar sepenuhnya ke Allah, kita gak ada daya dan upaya, sedangkan Allah memiliki segala daya dan upaya. Selagi masih ada Allah di hati kita, hidup kita aman, apapun kondisi kita.
          Kadang aku suka terharu dan ada bangga sedikit sih hehehe. Saat teman dekat yang sayang sama aku, perhatian sama aku, dia tau aku ada masalah karena aku ceritain, dan dia sampe gak nyangka kok seribet itu masalahku. Saat aku ceritain itu, aku nangis, dia juga malah lebih nangis lagi. Dia cuma bisa bilang “Ayu yang sabar, Ayu kuat orangnya, Ayu hebat, Ayu tetap bisa ceria di depan semua orang.” Yah, itu yang bikin aku bertahan juga “Yu, sedikit-sedikit masalahnya Ayu lewatin kan? Ayu mampu kan? Teman Ayu aja salut sama Ayu, Ayu harus bangga donk sama diri Ayu sendiri udah bertahan sejauh ini, Ayu harus tetap kuat, Ayu pasti bisa. Semua ada hikmahnya, ingat itu.”
          Orientasi hidup cuma sementara, kalo besok meninggal, mau bawa apa ke akhirat? Sendirian lagi, gak ada yang bisa temanin kita selain amal yang kita kumpulkan di dunia semasa hidup. Jadi, gimana pun kondisi Ayu, tetap sebar kebaikan ke orang banyak, tetap menyayangi orang-orang yang sayang sama Ayu. Selalu bersyukur Ayu punya keluarga dan saudara yang sayang sama Ayu, Ayu punya teman yang baik-baik yang sayang sama Ayu. Jangan dengarkan orang-orang usil yang coba menjatuhkan harga diri Ayu hanya karena urusan dunia. Dunia ini terlalu kecil untuk hati manusia yang dengki dan dendam. Tetap semangat ya Yu. Gak akan lama lagi kok, sedikit lagi semuanya akan Allah ganti dengan kebahagiaan. 
Bismillah, semangat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu, Aku Juga Menginginkan Itu

Assalamualaikum, teman-teman onlineku. Aku hadir kembali dengan tulisanku yang masih terus berproses. Di tulisan ini aku ingin membahas tentang cinta, namun lebih terkhusus lagi tentang bagaimana perasaanku terhadap lawan jenis. Di beberapa tulisanku sebelumnya aku pernah membahas tentang cinta. Aku bingung mulai dari mana hahaha. Alhamdulillah aku seorang gadis yang normal, yang diberikan anugerah untuk juga dapat merasakan bagaimana itu cinta, aku juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis dan hal lainnya. Dulu sewaktu SD, aku polos sekali, aku pernah suka dengan teman kelasku sendiri, aku juga pernah suka dengan teman ngajiku hahaha, sekarang kalau aku membayangkan hal itu rasanya bodoh sekali aku, kenapa ya aku bisa suka sama mereka, yah namanya juga anak-anak baru puber. Abang letingku di SD juga pernah menyatakan perasaannya kepadaku, melalui teman perempuannya yang sudah pasti kakak lettingku, mereka berkata seperti ini “Dek, Si Aan (nama samaran) suka sama adek, mau g

Milikku memang Untukku

Assalamualaikum pembaca blogku Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku tentang “TAKDIR”, tentang bagaimana Allah bisa seromantis itu sama aku, memberikan sesuatu ke aku dengan cara yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku, yang buat aku terharu dan sangat merasa bersyukur. Sebelumnya, aku nulis ini sama sekali gak ada maksud untuk sombong, karena emang udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi karena banyak mikirnya, makanya gak jadi-jadi tulisannya. Mungkin yang aku dapat gak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang luar biasa pencapaiannya, jadi ya apanya yang mau disombongin kan? Hehehe. Lanjut aja ke ceritanya, jadi aku akan ceritain tentang gimana aku bisa dapatin suatu beasiswa yang padahal “nyaris” gak dapat, qadarullah Alhamdulillah dapat juga hehehe. Dulu, waktu pertama kali aku pindah ke Banda Aceh, Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku ingat banget, aku dipanggil ke ruang guru untuk dikasih uang beasiswanya, Alhamdulillah saat itu aku dap

Obat

  Ini adalah salah satu obat bagiku. Apa itu? Menulis. Menulis adalah kegiatan yang aku senangi sejak kecil. Menjelaskan segala perasaanku lewat kata-kata, yang awalnya berantakan, setidaknya sedikit menjadi rapi lewat tulisan dalam paragraf. Pikiranku sering berkecamuk sendiri, berantam, terlalu banyak hal tidak penting yang kupikirkan. Terlalu banyak ketakutan yang kubayangkan, aku menyerah, kini kuambil obatku lalu kukonsumsi ia. Saat menulis ini, aku tidak tau harus menulis apa, aku hanya ingin berkata-kata, di saat tidak ada seseorang yang bisa menjadi tempat untuk kusampaikan perasaanku. Aku menulis. Ke depannya, akan banyak cerita yang kusampaikan, aku ingin melawan segala ketakutanku yang tidak jelas. Aku ingin menjadi sesosok “Ayu” yang baru, Ayu yang berani, siap ya Yu.